“Coba dulu begini, siapa tahu sama aja.”
Pernah dengar kalimat itu? Atau mungkin kamu sendiri yang sering bilang begitu setelah ambil keputusan yang terasa salah? Ujung-ujungnya, malah nyalahin diri sendiri. “Kalau aja waktu itu aku pilih ini…” atau “kalau aku gak hire dia, mungkin udah sukses sekarang!” Kedengarannya familiar, kan?
Lucunya, gak sedikit juga yang ngomong sebaliknya:
“Coba kalau aku gak hire dia, mungkin tambah parah.”
Padahal, dua-duanya sama-sama spekulasi.
Kenyataannya, kamu gak bisa balik ke masa lalu buat ngerubah keputusan itu.
Mau nyesel sekeras apa pun, waktu gak akan kasih kesempatan “ulang.”
Kecuali kamu ketemu Doraemon dan dia rela pinjemin mesin waktunya—tapi… ya come on, Doraemon aja fiksi. Jadi berhenti berharap hal yang sama gak nyata jadi nyata, oke?
Kita sering denger kalimat “waktu adalah uang,” tapi jarang mikir sisi sebaliknya: “uang belum tentu waktu.”
Kamu bisa beli barang, jasa, bahkan tenaga orang lain buat bantu kerjaanmu, tapi kamu gak bisa beli waktu yang udah lewat.
Makanya waktu itu mahal — bukan karena bisa ditukar dengan uang, tapi karena gak bisa diulang.
Kadang, beli waktu itu bukan hal konyol. Misalnya kamu bayar orang buat bantu kerjaan, biar kamu punya waktu buat hal lain yang lebih penting.
Itu bukan buang uang, tapi investasi waktu.
Karena efisiensi itu cara paling realistis untuk “memperpanjang waktu” yang kita punya — tanpa harus minta tolong sama Doraemon.
Ngomongin waktu, aku jadi keinget film Kimi no Na wa.
Kamu pasti tahu film ini — dua orang yang saling terhubung meski hidup di waktu berbeda.
Dalam film itu, ada satu konsep menarik: Musubi.
Nenek Mitsuha menjelaskan, Musubi itu “aliran waktu,” tapi juga berarti “ikatan.”
Waktu gak berjalan lurus; kadang melingkar, bertemu, kusut, lalu nyatu lagi.
Kayak benang Kumihimo yang dipintal — ada simpul, ada lilitan, tapi semuanya tetap terhubung jadi satu bentuk utuh.
Ikatan antara Taki dan Mitsuha melintasi waktu, bahkan tiga tahun jaraknya.
Di “kataware-doki” momen senja di mana waktu jadi kabur — dua dunia mereka bersinggungan sesaat.
Mereka sadar satu hal: waktu bisa memisahkan, tapi ikatan bisa menyatukan lagi, bahkan di ruang yang berbeda.
Kalau di dunia nyata gak ada tukar tubuh dan gak ada perjalanan waktu, apa maknanya buat kita?
Mungkin Musubi itu simbol dari hubungan antar manusia benang-benang tak terlihat yang saling mengikat lewat pertemuan, perpisahan, keluarga, atau bahkan orang asing yang terasa familiar entah kenapa.
Koneksi seperti itu kadang terasa aneh, tapi nyata.
Kita gak bisa menjelaskan kenapa merasa nyambung dengan seseorang di pertemuan pertama, atau kenapa punya firasat tentang orang yang baru kita kenal.
Mungkin itulah versi “melintasi waktu” dalam dunia nyata.
Film itu juga nunjukin satu hal penting: ingatan.
Kadang, kita cuma ingat hal pahit — penyesalan, kegagalan, kehilangan — tapi lupa hal-hal kecil yang sebenarnya hangat.
Makan bareng, ngobrol santai, jalan-jalan, semua itu bisa hilang begitu aja kayak mimpi.
Kita sering ngerasa, “Kemarin itu nyata gak sih?”
Kayak hari-hari cuma lewat, dan yang tersisa cuma potongan memori yang gak lengkap.
Padahal baik pahit maupun manis, semuanya tetap jadi bagian dari hidup — cuma beda cara kita mengingatnya.
Kalau semua hal bisa pudar dan waktu gak bisa diputar, berarti satu-satunya waktu yang bener-bener kita punya ya… hari ini.
Bukan kemarin, bukan nanti.
Masa lalu udah lewat. Masa depan belum datang.
Tapi hari ini, detik ini — kamu bisa ambil keputusan baru, menulis cerita baru, bahkan menenun ulang “benang waktu”-mu sendiri.
Mungkin, yang bisa kita lakukan bukanlah melawan waktu, tapi berjalan bersamanya.
Karena waktu gak pernah menunggu siapa pun, tapi selalu memberi kesempatan bagi yang berani melangkah.
Beli Produk komputer, laptop dan penunjang lainnya di bbhcomputer.com
Blog Archive:
November : 2025
Eat the Frog : cara ampuh hadapi penundaan
The Scream
Tentang Rasa Bosan
Trend Teknologi & pekerjaan 2025
Oktober : 2025
Tentang Softbank
10 skill yang paling dicari di Indonesia
Putus Asa, dan cara atasi
Uncertainty : tentang ketidakpastian
Internet ketika magang ke Jepang
Alasan perlu belajar instagram Marketing
Otak canggih tapi jiwa reptil